“Besok kita main ke air terjun ya!”, kata Ibu Penyu sebelum kami masuk ke dalam kamar di Siuri Cottage, Tentena malam itu. Dalam bayangan saya air terjun yang dia maksud ga jauh berbeda dengan air terjun-air terjun yang pernah saya lihat di Pulau Jawa.
Tentena adalah sebuah kota kecamatan di wilayah kabupaten Poso. Kota ini sebenarnya bukan tujuan utama dari trip kami ke kepulauan Togean. Kami mampir ke Tentena dalam perjalanan darat dari Ampana ke Poso.
Pukul delapan pagi keesokan harinya dengan mengendarai dua buah mobil kami bersepuluh menuju air terjun Saluopa. Dengan kecepatan sedikit di atas rata pak sopir membawa kami menyusuri jalanan Tentena yang masih sepi.
Sepanjang jalan menuju air terjun, beberapa kali kami disuguhi pemandangan Danau Poso di kiri jalan. Sayangnya kami hanya punya waktu setengah hari di Tentena, jadi kami harus memilih antara main air di air terjun Saluopa atau melihat Danau Poso.
Saya jatuh cinta dengan air terjun Saluopa bahkan sejak melihat rupa air terjunnya. Kalau kata fans Savage Garden ‘I knew I loved you before I met you’ gitu. Tsaelah.
Gini lho, di pulau Jawa, kalau kita mau main ke air terjun kebanyakan kan musti trekking dulu, naik turun pinggiran hutan dengan batu-batu licin berlumut. Kalaupun udah dibikin tangga ya masih tetep PR banget naik turunnya. Bahkan air terjun yang sudah masuk kawasan wisata modern sekalipun.
Nah, di air terjun Saluopa ini, kita ga perlu berletih-letih keluar masuk hutan, dll. Begitu turun dari mobil di parkiran, masuk ke kawasan wisatanya kita cuma ngelewatin jalanan datar di tengah perkebunan cokelat sejauh kurang lebih 1.5 kilometer. Jalanannya pun udah di semen rapi.
Habis itu udah, langsung ketemu pemandangan seperti ini.

Air terjun yang mengalir deras di atas batu-batu gendut dan berundak-undak. Tipikal air terjun yang belum pernah saya temui sebelumnya. Rasanya langsung ingin memeluk aliran air itu. Saya semakin jatuh cinta.
Ternyata di sisi kiri air terjun ada tangga beton kecil yang dibangun agar kita dapat naik ke bagian atas air terjun. “Naik lewat sini, Kak! Nanti di atas bisa berendam.” kata salah satu penjaga yang mengikuti kami.
Kami menuruti anjurannya untuk menaiki tangga itu, sekitar 100 anak tangga kemudian kami sampai di sebuah kolam alami yang terbentuk dari aliran air dari undakan pertama air terjun Saluopa. Sebelum jatuh ke undakan berikutnya ada cekungan yang bisa dipakai untuk berendam. Mulanya kami hanya menyelupkan telapan kaki di pinggiran kolam itu.

Dingin banget! Hampir sama dinginnya dengan air minum yang sudah disimpan seharian di dalam kulkas, kata kami bergantian. Meski demikian entah siapa yang pertama memulai, akhirnya kami semua membuka baju dan nekat berendam di air yang dingin itu.
Kapan lagi berendam di air terjun dengan air sesegar air minum dalam kemasan yang dingin berembun.

Sepulang dari air terjun Saluopa, standar saya akan air terjun tak pernah lagi sama. Sebulan setelah pulang dari trip Togean, saya mendapat kesempatan nyobain rafting di salah satu sungai di Jawa Tengah.
Di tengah rafting itu, sweeper perahu kami menunjuk ke sisi sungai dan bilang “Tuh, ada air terjun!” Sebuah perahu yang bukan rombongan kami berhenti di ‘air terjun’ itu dan peserta yang ada di kapal main di bawahnya dengan seru. Saya, dengan sombongnya bilang “Itu air terjun? Bukannya itu aliran air doang ya?”
Sorry, I just can’t help it. Hehe.
Coban Rondo dong, ngesot 100 meter doang dari parkiran. Air terjun paling enak yang pernah tak datengin. :))
Tapi agak susah dipakai foto karena terlalu sempit jadinya.
awww, viewnya bagus sekali ya mba. Aku juga suka sekali dengan air terjun, tapi sering males karna rata-rata mesti trecking dulu. Tapi yang ini beda banget ya. Cantik sekali deh.