Cerita Jalan-jalannya @parah1ta

28 Days Writing Challenge

Seorang teman menantang saya untuk melakukan 28-Days Writing Challenge di blog ini. Aturannya sederhana; setiap hari dia akan meberikan sebuah tema dan saya harus menulis sebuah tulisan pendek (tidak lebih dari 500 kata) dari tema tersebut.

Instagram post 2173406478340259937_334499173

I think I jinx it.
Baru minggu lalu nulis di blog kalau sekarang saya lagi happy-happy nya latihan nari karena NGGAK BAKALAN ADA PEMENTASAN DALAM WAKTU DEKAT.

Trus tadi sore habis latihan, kami sekelas dan Bu Dewi ngobrol ngalor ngidul tentang rencana ikut serta di sebuah acara tari di bulan April 2020 nanti, tiba-tiba Bu Dewi ngendhikan; "Nanti kalian ikut ujian kenaikan tingkatnya Swargaloka ya, bulan Februari. Yang kelas sore materinya Bedhayan Ura Ura, yang kelas siang ini.. Srikandi Larasati." "Lho, Bu.. jadi kami yang kelas sore tetep latihan 2 dong? Ura Ura buat Februari dan Srikandi Larasati untuk April?" "Iya." jawab Bu Dewi singkat. Seperti biasa, halus lembut tapi tak terbantahkan.

Wis, pokokmen kaya jaman belajar tari gambyong pangkur ini aja. Satu setengah bulan doang bisa, kok. Yang penting berani aja dulu. Ntar juga yang jadi penghalang minggir sendiri. Ojo semelang. Jangan khawatir bakal gimana-gimana, toh belum dicoba. Because worries will take you nowhere.
#OmahWulangreh
#tarigambyong
#tarigambyongpangkur 📷 by : @mitaluvthemoon

Instagram post 2170363687980948630_334499173

"Gimana? Makin suka nggak latihan narinya?" tanya Bu Dewi, selesai latihan Sabtu sore kemarin.
"Sukaaaaaa, Buuuu..." kami menjawab dengan heboh.

Ya gimana ga suka coba kalau temen latihannya lucu-lucu kaya gini?

Masih ada link cerita tentang saya belajar nari jawa di bio, ya. 📷 : fotografer @omah.wulangreh

Instagram post 2166074079429668103_334499173

Instagram post 2147084318122629323_334499173

Dua hari kemarin saya sudah sedikit cerita tentang 2 motif batik Lasem; alas-alasan dengan warna bang biron dan lung-lungan-kricakan, dan sedikit tentang batik 3 negeri.

Hari ini mau cerita tentang batik Lasem yang saya pakai hari ini. Batik yang nama warnanya sama dengan minuman kesukaan saya; es teh. Apa sih batik es teh itu? Singkatnya gini, batik es teh itu batik 3 negeri (merah-biru-soga) yang dihilangin unsur merahnya. Tapiiiii.. yang namanya pengrajin batik itu kan sebenernya ya seniman kan, pelukis, mereka tuh suka iseng bikin batik warna es teh, ga pakai warna merah (yang bener-bener merah) tapi tetep mainin warna turunan merah, misalnya cokelat, kuning agak-agak oranye. Jatuhnya warna es teh ini adalah batik Lasem dengan warna yang lebih kalem. Coba bandingin dengan batik yang saya posting kemarin, beda banget kan vibe-nya?

Batik warna es teh ini salah satu warna batik khas Lasem. Selain es teh masih ada warna-warna lain yang Lasem banget; abang getih pitik alias merah darah ayam. Sayangnya saya belum punya kain batik Lasem yang warnannya abang getih pitik ini. Jadi belum bisa cerita banyak. Hehe. Nanti deh kalau udah punya, cerita lagi yaaa... Anyway, terima kasih sudah nyimak tulisan saya tentang batik selama 3 hari ini. 😘😘 Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!
@cibispark
#cibispark
#cibisbatikfestival

@kkukulele
@giewahyudi
@dianawahyudi

Instagram post 2146515737735526671_334499173

Sejarah panjang batik Lasem tak bisa dipisahkan dari sosok Na Li Ni dan suaminya, Bi Nang Un. Na Li Ni adalah seorang putri asal Champa dan Bi Nang Un adalah nahkoda kapal Laksamana Cheng Ho yang mendaratkan kapal di pantai Regol, Lasem pada tahun 1413. Pasangan ini kemudian menetap di Lasem dan mulai mengembangkan batik dengan pengaruh gaya Tiongkok; batik dengan motif naga, burung hong (phoenix), bunga-bungaan seperti teratai, dan dengan warna merah yang sangat dekat dengan budaya Tiongkok. Masa kejayaan batik Lasem mencapai puncaknya sekitar tahun 1860-an, di mana Lasem bersama Pekalongan dan Surakarta di kenal sebagai eksportir batik berkualitas tinggi untuk Malaya hingga Eropa. Konon, pada masa itu yang bisa menandingi omzet bisnis batik hanyalah bisnis candu!

Bersama Surakarta dan Pekalongan pula, Lasem memiliki satu motif dan warna batik yang sangat terkenal; batik 3 negeri. Dinamakan seperti itu karena dalam selembar kain batik itu ada 3 warna yang proses pencelupan warnanya harus dikerjakan di 3 tempat; warna soga (cokelat kekuningan) di Surakarta, warna biru di Pekalongan, dan warna merah di Lasem. Zaman dulu pakemnya seperti itu, namun sekarang demi menghemat biaya produksi, sudah biasa batik 3 negeri dicelup di satu tempat saja. Namun bisa dipastikan warnanya tak akan bisa sama dengan pakem 3 negeri zaman dulu, ya.

Di foto ini saya pakai batik Lasem dengan motif lung-lungan dan kricakan; lung-lungan artinya tumbuhan yang merambat sedangkan kricakan adalah kerikil. Kenapa kerikil sampai begitu penting sehingga dijadikan motif batik di Lasem? Jadi gini, pada masa pembangunan jalan raya Daendels (yang melintasi Lasem) banyak kuli yang meninggal dunia. Seniman-seniman batik Lasem kemudian mengabadikan kejadian ini dengan menciptakan motif kricakan.

Swipe ke kanan untuk lihat 4 batik Lasem (di luar sana mungkin ada ratusan motif batik Lasem). Tertarik ga kalau besok saya cerita tentang keempat motif batik Lasem ini?

@cibispark
#cibispark
#cibisbatikfestival

@awesomelasem
@giewahyudi
@dianawahyudi

Instagram post 2145782150409211665_334499173

Batik itu asalnya bukan dari Indonesia.

Eits, eits.. jangan kesel dulu dengan kalimat di atas. Karena memang teknik mewarnai kain dengan perintang malam/lilin sudah dikenal di Mesir sejak abad ke-4 sebelum Masehi. Lalu teknik tersebut menyebar ke seluruh penjuru dunia. Termasuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari Tiongkok, India, dan Srilanka.

Nah, kalau bukan berasal dari Indonesia, lalu apa yang membuat UNESCO menetapkan batik sebagai intangible cultural heritage (warisan budaya tak benda) milik Indonesia? Teknik-nya, Gaes. Yang ditetapkan itu teknik membatiknya. Jadi teknik mengoles malam ke kain pakai canting untuk bikin kain batik cuantiik yang diakui asli Indonesia. Ada negara lain yang bikin batik pakai canting juga, tapi tetep Indonesia yang pertama ngembangin tekniknya dan yang pasti hasilnya paling kece dan bervariasi. Our batik is better than theirs, gitu.

Coba deh slide ke foto kedua di postingan ini, untuk lihat detil motif kain batik yang saya pakai di foto pertama. Ini batik tulis Lasem, dengan warna khas yang di sebut Bang Biron (Merah-Biru, the red and blue), nama motifnya alas-alasan, gambar seluruh isi hutan; pohon, bunga, kijang, kupu-kupu, ikan, burung, dan lain sebagainya. Cakep kan batik Indonesia?

Besok saya mau cerita kenapa Lasem memegang peranan sangat penting dalam perkembangan batik di Nusantara.

@cibispark
#cibispark
#cibisbatikfestival

@awesomelasem
@dianawahyudi
@giewahyudi

Instagram post 2097324756838888109_334499173

Image for post 2097324756838888109_334499173

Instagram post 2097321120612093539_334499173

Thank you for loadtrucks of memories!

#famegadingserpong

Instagram post 2097318616411307824_334499173

Image for post 2097318616411307824_334499173

Instagram post 2052026941195764035_334499173

Minggu lalu seneng banget diajak staycation di @famehotelserpong sama Koh @kopertraveler.id .

Selain seneng bisa nikmatin hotel unik ini, juga seneng karena bisa ketemuan dan seru-seruan sama temen-temen blogger yang udah lama banget ga amprokan di suatu acara. *pelukin @bernavita @disgiovery @leonard_c4me @albert_na @kopertraveler.id erat-erat!

#staycationatfameserpong

parah1ta